Tradisi Kasada di Gunung Bromo oleh Suku Tengger – Di lereng Gunung Bromo, Jawa Timur, masyarakat Suku Tengger merayakan festival akbar Tradisi Kasada setiap tahun pada purnama bulan Kasada (sekitar Juni–Juli). Festival ini bukan sekadar ritual, melainkan simbol syukur atas hasil panen, keselamatan, dan harapan akan kemakmuran. Tradisi Kasada telah berlangsung selama ratusan tahun, menegaskan hubungan kuat antara manusia, alam, dan spiritualitas.
Tradisi Kasada di Gunung Bromo oleh Suku Tengger

Sejarah dan Asal-Usul Tradisi Kasada
Akar Legenda Roro Anteng dan Joko Seger
Menurut cerita turun-temurun, pada abad ke-15, pasangan suami istri Roro Anteng dan Joko Seger mendirikan kerajaan Tengger. Setelah bertahun-tahun tanpa keturunan, mereka melakukan tapa brata di Gunung Bromo. Pada akhirnya Sang Hyang Widi Wasa mengabulkan permohonan mereka dengan syarat setiap tahun harus mempersembahkan hasil bumi dan ternak ke kawah Bromo. Inilah cikal bakal nama “Tengger” (TEngah dan SEmber—alam di tengah semeru).
Penetapan Bulan Kasada
Penanggalan tradisional Tengger menggunakan kalender Saka. Puncak ritual jatuh pada malam purnama bulan Kasada, yang biasanya bertepatan dengan bulan keenam kalender Saka (sekitar Juni – Juli Masehi). Saat itulah seluruh warga berkumpul di kaki Gunung Bromo.
Rangkaian Prosesi Tradisi Kasada
1. Persiapan dan Marcopatan
Beberapa hari sebelum upacara, setiap dusun (kampung) menyiapkan sesaji berupa hasil pertanian—padi, jagung, ubi, sayur—serta hewan ternak seperti ayam, kambing, dan sapi. Sesaji dikemas di dalam besek (anyaman bambu) lengkap dengan kembang tujuh rupa dan kain putih.
2. Larung Sesaji
Pada puncak purnama, ribuan warga Tengger serta wisatawan menaiki tangga berundak hingga ke Pura Luhur Poten, pura suci di tepi kawah Bromo. Dipimpin pemangku adat, sesaji diarak mengelilingi pelataran pura, kemudian dilarung ke dalam kawah. Larung ini melambangkan penyerahan hasil bumi langsung kepada Sang Hyang Widi Wasa.
3. Doa dan Korban Tiban
Setelah larung, pemangku adat memimpin pembacaan doa dan mantra dalam bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno. Warga berdoa untuk keselamatan, kesuburan lahan, dan perlindungan dari bencana. Sesekali muncul korban tiban—sesaji yang terlempar lebih jauh atau muncul kembali di tepi kawah—yang dianggap berkah khusus.
4. Ronggeng dan Kesenian Rakyat
Prosesi diakhiri dengan tarian tradisional Ronggeng Tengger, gending gamelan, dan nyanyian rakyat. Masyarakat berlomba menari dan memainkan alat musik tradisional, merayakan kebersamaan dan kegembiraan usai ritual.
Makna Filosofis Tradisi Kasada
-
Syukur dan Tawakal
Larung sesaji ke kawah menunjukkan sikap syukur mendalam dan tawakal kepada Tuhan atas karunia alam. -
Keterhubungan Manusia dan Alam
Dengan menyerahkan hasil panen, Suku Tengger mengakui bahwa kehidupan bergantung pada kehendak alam dan kekuatan gaib di baliknya. -
Pemeliharaan Warisan Budaya
Tradisi Kasada menjaga identitas Tengger, memperkuat ikatan antar-generasi, serta mengenalkan nilai luhur kepada anak-anak. -
Kerukunan Sosial
Seluruh dusun bersatu padu menyiapkan dan merayakan Kasada, menumbuhkan rasa gotong royong dan solidaritas.
Relevansi di Era Modern
-
Destinasi Wisata Budaya
Pura Luhur Poten dan rangkaian Kasada menarik ribuan wisatawan domestik maupun mancanegara. Pariwisata ini mendorong pengembangan ekonomi lokal, homestay, serta UMKM suvenir Tengger. -
Pelestarian Ekologi
Suku Tengger sejak lama menerapkan sistem pertanian tradisional yang ramah lingkungan, seperti terasering, rotasi tanaman, dan penghijauan lereng. -
Pendidikan Budaya
Melalui dokumenter, workshop, dan program kunjungan sekolah, anak muda di kota besar belajar menghargai kearifan lokal dan nilai spiritual tradisional.
Tips Mengikuti Tradisi Kasada
-
Waktu Kunjungan: Rencanakan perjalanan pada purnama bulan Kasada (cek kalender Saka/Tahun Jawa).
-
Pakaian: Kenakan busana tradisional atau pakaian hangat—suhu di lereng Bromo bisa turun drastis malam hari.
-
Perlengkapan: Bawa masker debu, sepatu tahan air dan kuat, serta torchlight.
-
Etika: Hormati prosesi adat—jangan mendekat ke kawah lebih dari batas aman, ikuti petunjuk pemandu wisata dan petugas setempat.
-
Homestay: Pilih homestay warga Tengger untuk pengalaman budaya autentik dan pendapatan langsung bagi komunitas.
Kesimpulan
Tradisi Kasada di Gunung Bromo oleh Suku Tengger adalah wujud keimanan, rasa syukur, dan kebersamaan yang dipertahankan secara turun-temurun. Lebih dari sekadar ritual, Kasada mempertemukan aspek spiritual, ekologis, dan sosial dalam harmoni luhur. Di tengah geliat modernisasi, tradisi ini tetap relevan—menjadi identitas budaya, sumber ekonomi lokal, dan media edukasi bagi generasi mendatang. Dengan menjaga kesakralan dan pelestarian nilai-nilai Tengger, Kasada akan terus bersinar, menginspirasi kita untuk selalu bersyukur dan hidup selaras dengan alam.