Penjual Kue Tradisional yang Bertahan di Tengah Mall Modern
Penjual Kue Tradisional yang Bertahan di Tengah Mall Modern

Penjual Kue Tradisional yang Bertahan di Tengah Mall Modern

Penjual Kue Tradisional yang Bertahan di Tengah Mall Modern – Di era pertumbuhan pesat pusat perbelanjaan modern, penjual kue tradisional yang bertahan di tengah mall modern menjadi pilar penting pelestari kekayaan kuliner Indonesia. Meskipun menghadapi persaingan dengan kafe kekinian dan merek internasional, para pengusaha kecil ini berhasil menjaga eksistensi serta mengundang kerumunan pelanggan setia.

Penjual Kue Tradisional yang Bertahan di Tengah Mall Modern

Penjual Kue Tradisional yang Bertahan di Tengah Mall Modern
Penjual Kue Tradisional yang Bertahan di Tengah Mall Modern

Sejarah Singkat Kue Tradisional

Kue tradisional Indonesia, seperti klepon, nagasari, dan kue lapis, diwariskan secara turun-temurun. Dahulu, kue-kue ini hanya dijual di pasar tradisional atau pinggir jalan. Namun, dengan perubahan selera dan gaya hidup, sebagian besar rumah makan mulai beralih ke konsep modern. Walau begitu, ada segelintir penjual yang berani membuka lapak di area mall demi menjangkau konsumen baru.

Tantangan di Tengah Mall Modern

  1. Biaya Sewa dan Operasional Tinggi
    Sewa kios di mall seringkali jauh lebih mahal dibandingkan sewa di pasar tradisional. Selain itu, biaya listrik dan kebersihan harus dipatuhi standar mall yang ketat.

  2. Gempuran Produk Kekinian
    Kafe kopi kekinian, boba, hingga dessert fusion menawarkan konsep instagramable yang menarik perhatian generasi milenial. Akibatnya, kue tradisional sering dianggap “jadul” dan kurang menarik.

  3. Perubahan Preferensi Konsumen
    Masyarakat urban cenderung mencari pengalaman baru dalam menikmati kuliner, sehingga menu klasik bisa kehilangan pamor jika tidak diolah ulang dengan inovasi yang tepat.

Strategi Penjual Tradisional dalam Bertahan

1. Inovasi Rasa dan Penyajian

Untuk mengikuti tren, beberapa penjual menambahkan varian rasa modern seperti pandan-cokelat, matcha, atau keju pada adonan kue tradisional. Selain itu, penyajian dikemas dalam box polymer transparan, lengkap dengan stiker bermerek dan label tanggal produksi.

2. Cerita di Balik Produk

Dengan memanfaatkan media sosial, penjual kue tradisional membagikan kisah proses pembuatan, sumber bahan lokal, hingga nilai budaya yang terkandung. Konten semacam ini meningkatkan kedekatan emosional konsumen dan memperkuat branding.

3. Kolaborasi dengan Mall dan Event Lokal

Beberapa toko mall menyediakan bazar kuliner mingguan. Penjual kue tradisional memanfaatkan momentum tersebut untuk menjadi tenant pop-up, sehingga dapat memperkenalkan produk ke pengunjung baru tanpa komitmen sewa jangka panjang.

4. Pelayanan Ramah dan Edukasi Langsung

Ketika pelanggan datang, penjual tidak hanya menawarkan kue, tapi juga memberikan sampel gratis dan menjelaskan sejarah singkat setiap jenis kue. Cara ini meningkatkan pengalaman belanja dan membuat konsumen kembali membeli.

Keunggulan Kue Tradisional yang Tak Tergantikan

  1. Bahan Alami dan Nutrisi
    Banyak kue tradisional menggunakan bahan lokal, seperti tepung beras, gula merah, dan santan, yang lebih sehat dibandingkan bahan pengawet.

  2. Harga Terjangkau
    Meskipun di mall, harga kue tradisional tetap kompetitif, sehingga menjadi alternatif cemilan ekonomis bagi keluarga.

  3. Nilai Budaya
    Setiap gigitan membawa makna sejarah dan tradisi, sehingga kue tradisional tidak sekadar makanan, melainkan warisan budaya yang patut dihargai.

Studi Kasus: “Kue Nenek” di Mall Kota Baru

“Kue Nenek” adalah salah satu tenant kue tradisional yang buka di Mall Kota Baru sejak 2018. Berawal dari gerobak pinggir jalan, pemiliknya berinovasi dengan box lucu, menambahkan label halal MUI, dan membuat akun Instagram yang aktif. Dalam tiga tahun, omzetnya naik tiga kali lipat dan kini mengekspor ke beberapa kota besar di Indonesia.

Peran Pemerintah dan Komunitas

Pemerintah daerah dapat mendukung dengan:

  • Menyediakan pelatihan packaging dan pemasaran digital;

  • Memberikan subsidi atau skema sewa kios di mall bagi UMKM;

  • Mengadakan festival kuliner tradisional secara berkala.
    Komunitas kuliner lokal juga dapat menggelar workshop, mengenalkan teknik dasar membuat kue tradisional, dan memfasilitasi jejaring antarpenjual.

Tips bagi Penjual Tradisional yang Ingin Bertahan

  1. Riset Pasar – Pahami preferensi konsumen mall: rasa, kemasan, dan harga.

  2. Bangun Cerita Produk – Gunakan storytelling untuk menciptakan ikatan emosional.

  3. Optimalkan Media Sosial – Posting rutin foto produk, testimoni pelanggan, dan tutorial singkat.

  4. Kolaborasi Strategis – Ikuti event mall, kerjasama dengan food blogger, atau promo cross-selling.

  5. Jaga Konsistensi Kualitas – Pastikan rasa dan tampilan tetap sama, agar pelanggan kembali lagi.

Kesimpulan

Penjual Kue Tradisional yang Bertahan di Tengah Mall Modern membuktikan bahwa dengan inovasi, storytelling, dan pelayanan prima, warisan kuliner Indonesia tetap relevan dan mampu bersaing. Kebangkitan kue tradisional ini tidak hanya menyelamatkan usaha kecil, tetapi juga melestarikan kekayaan budaya yang tak ternilai.