Ritual Mandi Safar Setiap Malam Tahun Baru Hijriyah – Ritual mandi Safar merupakan tradisi lokal yang dilakukan oleh sebagian umat Muslim di Indonesia, biasanya menjelang atau pada malam 1 Muharram, yang menandai Tahun Baru Hijriyah. Kegiatan ini identik dengan mandi bersama di sungai, pantai, atau sumber mata air, yang dipercaya dapat membersihkan diri dari kesialan dan penyakit serta membuka lembaran baru dengan lebih baik.
Meski tidak diwajibkan secara syariat Islam, mandi Safar dilakukan sebagai bagian dari warisan budaya dan spiritualitas masyarakat, terutama di daerah seperti Aceh, Banten, Sumatera Barat, hingga sebagian wilayah Jawa Tengah.
Ritual Mandi Safar Setiap Malam Tahun Baru Hijriyah

Asal-usul dan Makna Mandi Safar
🌙 Apa Itu Bulan Safar?
Bulan Safar adalah bulan kedua dalam kalender Hijriyah. Namun dalam konteks budaya lokal, “mandi Safar” seringkali dilakukan di akhir bulan Dzulhijjah atau malam 1 Muharram, sebagai simbol pembersihan lahir batin memasuki tahun baru Islam.
🔍 Makna Simbolik
-
Pembersihan Diri Secara Fisik dan Spiritual
Air digunakan sebagai media penyucian diri dari dosa, penyakit, dan aura negatif. -
Refleksi dan Introspeksi Diri
Momentum akhir tahun untuk merenungkan kehidupan dan memperbaiki niat di tahun mendatang. -
Kebersamaan Komunal
Dilakukan bersama-sama, ritual ini mempererat silaturahmi dan solidaritas masyarakat.
Daerah yang Masih Melestarikan Ritual Ini
📍1. Aceh Selatan
-
Warga melakukan mandi Safar massal di sungai atau laut.
-
Dibarengi pembacaan doa dan shalawat.
📍2. Serang dan Pandeglang, Banten
-
Tradisi disebut “Mandi Safar” atau “Ngibing Safar”.
-
Dimeriahkan dengan zikir, selametan, dan pentas seni Islam.
📍3. Sumatera Barat (Minangkabau)
-
Mandi di sungai pada malam Tahun Baru Hijriyah sambil berdoa.
-
Dikenal juga dengan istilah “Balimau”.
📍4. Pesisir Jawa Tengah
-
Tradisi “Padusan” yang dilakukan menjelang hari-hari besar Islam.
Tata Cara Mandi Safar (Versi Tradisional)
Meskipun bisa bervariasi tergantung daerah, berikut gambaran umum tata cara mandi Safar:
-
Niat dan Doa
Masyarakat biasanya memulai dengan membaca niat untuk menyucikan diri dan memohon keselamatan di tahun baru. -
Air Campuran Ramuan Tradisional
Kadang ditambahkan rempah atau bunga untuk menambah kesegaran dan nilai simbolis. -
Mandi di Sungai/Pantai/Sumur Bersama-sama
Laki-laki dan perempuan biasanya dipisahkan, atau dilakukan dalam jam berbeda. -
Pembacaan Doa Bersama
Setelah mandi, doa akhir tahun dan awal tahun Hijriyah dibacakan bersama. -
Selametan atau Kenduri
Ditutup dengan makan bersama, pembagian bubur safar atau tumpeng sederhana.
Perspektif Agama: Antara Budaya dan Syariat
Ulama berbeda pendapat soal mandi Safar. Beberapa menilainya sebagai bid’ah hasanah (inovasi yang baik) selama tidak bertentangan dengan syariat, karena:
-
Tidak menyembah selain Allah
-
Tidak mengandung kemusyrikan
-
Bertujuan mempererat silaturahmi dan niat introspeksi
Namun, tetap ditekankan agar niatnya murni untuk refleksi dan tidak menganggap air atau ritual sebagai penyelamat utama, melainkan hanya sarana pengingat kepada Allah SWT.
Nilai-Nilai Positif dari Ritual Mandi Safar
✔️ Menumbuhkan Kesadaran Spiritual
Momen perenungan yang kuat untuk memperbaiki diri di tahun baru.
✔️ Mempererat Silaturahmi
Karena dilakukan bersama-sama, keluarga besar dan masyarakat berkumpul untuk saling mendoakan.
✔️ Menjaga Warisan Budaya Islam Nusantara
Tradisi ini menjadi bagian dari kekayaan Islam lokal yang berakulturasi dengan adat.
✔️ Menjaga Kebersihan dan Kesehatan
Dengan mandi bersama, secara tidak langsung masyarakat diajak menjaga kebersihan tubuh.
Apakah Tradisi Ini Masih Relevan?
Sangat relevan, jika dilakukan dengan niat dan pemahaman yang benar. Ritual mandi Safar bisa menjadi alternatif positif untuk:
-
Menggugah kesadaran akan pentingnya evaluasi diri
-
Mengajak anak muda mencintai tradisi lokal
-
Menyatukan masyarakat lintas usia dalam suasana religius
Di tengah dunia modern yang serba sibuk, praktik-praktik seperti ini memberikan momen jeda yang penuh makna.
Tips Melestarikan Tradisi Mandi Safar
-
📝 Dokumentasikan Ritual Secara Positif
Abadikan dalam video atau foto lalu bagikan ke media sosial dengan edukasi makna di baliknya. -
🧕 Libatkan Generasi Muda
Ajak anak-anak dan remaja agar tahu tradisi ini bukan sekadar “mandi massal”, tetapi punya nilai. -
📖 Gabungkan dengan Kajian Agama
Setelah mandi, bisa diikuti dengan tausiyah singkat atau pembacaan doa bersama. -
🧴 Gunakan Sabun atau Ramuan Tradisional Sehat
Bisa sekaligus mengajarkan budaya jamu, rempah, dan pengobatan alami.
Kesimpulan
Ritual mandi Safar setiap malam Tahun Baru Hijriyah adalah contoh nyata bagaimana masyarakat Indonesia meresapi ajaran Islam lewat praktik budaya lokal yang penuh makna. Tradisi ini bukan sekadar ritual bersih-bersih, tetapi media introspeksi, penyucian diri, dan silaturahmi spiritual yang kuat.
Selama dijalani dengan niat baik dan tidak melanggar syariat, mandi Safar adalah warisan budaya yang patut dijaga dan dilestarikan—bukan hanya untuk nostalgia, tapi juga sebagai bagian dari identitas Islam Nusantara yang bijak dan damai.