Tradisi Ngarit (Mencari Rumput) Bersama Warga Dusun
Tradisi Ngarit (Mencari Rumput) Bersama Warga Dusun

Tradisi Ngarit (Mencari Rumput) Bersama Warga Dusun

Tradisi Ngarit (Mencari Rumput) Bersama Warga Dusun – Tradisi Ngarit (Mencari Rumput) Bersama Warga Dusun merupakan salah satu wujud gotong-royong dan kearifan lokal dalam masyarakat agraris Indonesia. Kegiatan ini melibatkan warga dari berbagai usia—dari anak kecil hingga orang tua—bergotong-royong menyiapkan pakan ternak sekaligus mempererat tali persaudaraan antarnelayan. Meski tampak sederhana, tradisi ngarit menyimpan makna sosial budaya yang mendalam.

Tradisi Ngarit (Mencari Rumput) Bersama Warga Dusun

Tradisi Ngarit (Mencari Rumput) Bersama Warga Dusun
Tradisi Ngarit (Mencari Rumput) Bersama Warga Dusun

Sejarah Tradisi Ngarit

Asal-usul tradisi ngarit sulit ditelusuri secara pasti, karena terjadi secara organik seiring berkembangnya komunitas pertanian dan peternakan. Sejak ratusan tahun lalu, warga dusun yang mengandalkan sapi, kerbau, atau kambing sebagai aset utama, menjadikan pencarian rumput liar sebagai kegiatan rutin setiap pagi atau sore. Pada masa lalu, sebelum akses pakan ternak komersial meluas, ngarit menjadi satu-satunya cara menjamin hewan peliharaan memperoleh hijauan segar.


Makna dan Nilai Sosial

  1. Gotong-Royong
    Kegiatan bersama mengajarkan semangat saling membantu. Waktu yang dihabiskan di ladang atau pinggir jalan membentuk kebersamaan dan solidaritas.

  2. Pendidikan Budaya
    Anak-anak belajar langsung tentang tanaman pakan, cara memotong rumput, hingga menjaga kebersihan lingkungan. Nilai ini terwariskan melalui cerita dan pengalaman praktis.

  3. Ketahanan Pangan Ternak
    Dengan memastikan persediaan rumput cukup, peternak kecil dapat menjaga kesehatan sapinya tanpa bergantung sepenuhnya pada pakan buatan.

  4. Pengelolaan Lingkungan
    Ngarit juga berfungsi sebagai pemangkasan hijauan liar, mencegah gulma berlebih, dan mengurangi risiko kebakaran rerumputan kering.


Proses dan Tahapan Ngarit

  1. Penentuan Lokasi
    Warga berkeliling meninjau area—ladang padi pascapanen, tepi jalan desa, atau pinggir sungai—untuk mencari rumpun rumput terbaik.

  2. Persiapan Alat
    Alat tradisional seperti sabit kecil (ani-ani) atau arit; kapak dalam jumlah terbatas untuk meratakan rerumputan lebat.

  3. Teknik Memotong
    Rumput dipotong pada pangkal batang agar akar tetap hidup dan dapat tumbuh kembali. Cara ini mendukung regenerasi hijauan.

  4. Pengumpulan dan Pengeringan
    Rumput segar ditata di atas alas anyaman bambu kemudian dijemur separuh kering untuk memudahkan pengangkutan dan mencegah lembap.

  5. Distribusi ke Peternak
    Setiap keluarga membawa pulang bagian rumput sesuai kebutuhan ternak masing-masing.


Peran Komunitas Dusun

Warga dusun tidak hanya sekadar petani atau peternak; mereka juga penjaga nilai budaya. Ketua dusun atau sesepuh sering memimpin koordinasi waktu dan tempat ngarit. Dalam tradisi lisan, sering kali terdapat “undangan” melalui toa masjid atau kuningan rikat, agar semua warga—termasuk anak remaja—bergabung. Keterlibatan lintas generasi membantu memperkuat identitas desa sebagai komunitas mandiri dan peduli lingkungan.


Tantangan dan Adaptasi Modern

Seiring modernisasi, beberapa tantangan muncul:

  • Pakan Komersial Murah: Beberapa peternak beralih ke pakan pelet, mengurangi intensitas ngarit.

  • Keterbatasan Lahan: Perluasan lahan bangunan mengurangi area rerumputan liar.

  • Mobilitas Tinggi: Generasi muda cenderung bekerja di kota, meninggalkan tradisi desa.

Namun, banyak desa berhasil mengadaptasi tradisi ini dengan:

  • Membentuk kelompok tani terpadu yang menjadwalkan ngarit bergilir.

  • Menanam jenis rumput pakan unggul di tepi jalan desa secara khusus.

  • Menggunakan grup WhatsApp atau media sosial lokal untuk koordinasi cepat.


Manfaat Bagi Peningkatan Kesejahteraan

  1. Biaya Lebih Terjangkau: Peternak kecil dapat memangkas pengeluaran untuk pakan.

  2. Kesehatan Hewan Ternak: Rumput segar sering kali lebih sesuai gizi alami ternak.

  3. Penguatan Solidaritas: Hubungan sosial yang kuat memudahkan kerja sama dalam aktivitas desa lain, seperti pembangunan jalan atau posyandu.

  4. Pelestarian Tradisi: Generasi muda terlibat langsung, menjaga kelestarian budaya agraris.


Kesimpulan

Tradisi Ngarit (Mencari Rumput) Bersama Warga Dusun lebih dari sekadar aktivitas pertanian; ia adalah refleksi nilai gotong-royong, pelestarian lingkungan, dan ketahanan pangan lokal. Dengan mengintegrasikan metode tradisional dan inovasi modern—seperti koordinasi digital dan penanaman rumput pakan unggul—komunitas desa dapat mempertahankan supaya tradisi ini tetap relevan dan bermanfaat bagi kesejahteraan bersama.